1. ZAMAN
PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA 1925-1942
Menurut catatan yang dapat ditemukan Kepala Sekolah yang
pertama kali menjabat dari tahun 1926 s/d 1037 berarti Sekolah ini dibangun
pada Tahun 1925 dengan nama MULO.
Sekolah Menengah Pertama dengan bahasa pengantar bahasa
Belanda pada waktu itu didirikan di atas sebidang tanah seluas 6.120 m2 lebih
memiliki bangunan : . Ruang BP, Ruang Tamu, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Kantor,
Ruang Kesenian/Gambar ( sekarang dipakai kelas IXA ). Lima buah ruang kelas
yang membujur dari Barat ke Timur ( sekarang dipakai ruang kelas IXB. IXC, IXD,
IXE, dan IXF) lima ruang kelas yang membujur dari Utara ke Selatan ( sekarang dipakai ruang kelas VIIIA,
VIIIB: VIIIC, VIIID, dan VIIA ), Aula dan ruang penjaga sekolah ( sekarang
kantin ). Rumah Kepala Sekolah ( sekarang dipakai rumah dinas Pemda ).
Adapun nama Kepala Sekolahnya berturut – turut :
1. Vander Mulen (1926-1937)
2. Agme (1937-1938)
3. Vander Berg (1938 1939)
4. Nona Wear (1939-1940)
5. De Yong (1940-1942)
2. ZAMAN
PENDUDUKAN JEPANG ( 1942 – 945 )
Bala Tentara Jepang datang ke Indonesia sangat cepat
dibanding dugaan semula. Sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Belanda itu
secara serentak harus menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Pada umumnya baik
guru-guru maupun murid lebih mampu menggunakan pendapatnya dalam bahasa Belanda
dari pada bahasa Indonesia yang walaupun sudah dicanangkan sejak tahun 1928 di
Sekolah Dasar Vervola School ( Sekolah Lanjutan ) yang diajarkan adalah bahasa
Melajoe Oemoem.
Guru dan murid sulit belajar bahasa Indonesia, Nippon-go (
bahasa Jepang ). Taiso. ( senam dan kegiatan – kegiatan lain}.
Nama sekolah pun di-.Jepang kan dari M.U.L.O menjadi Chu
Gakko.
( Chu = Tengah, Gakko - Sekolah )
Pada waktu itu yang menjadi Kepala Sekolah bernama Rd. Adjat Sudrajat. (1942-1945).
Alumni Chu Gakko inilah yang yang boleh dikatakan menjadi
pelopor diadakannya Reuni. Reuni terakhir yang diadakan oleh angkaian Chu Gakko
adalah pada 19 Juli 1992 di Wisma Maritim Jalan Tuparev Cirebon.
3. ZA.MAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
1. Nama SMP 1
Cirebon
Pemerintah Jepang menyerah kepada Sekutu pada
pertengahan Agustus 1945 dan pada
tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menjadi Negara Merdeka. Nama atau bahasa
Jepang yang cepat diterima oleh rakyat dimasa itu cepat pula dilupakan.
Nama Chu Gakko diubah menjadi Sekolah Menengah Pertama ( SMP
Negeri Cirebon ).
Nama SMP Negeri Cirebon bertahan selama sepuluh tahun (
1945-1955 ). Pada tahun ajaran 1955 pemerintah Republik Indonesia mendirikan
sebuah SMP Negeri lagi di Cirebon yang diberi nama SMP Negeri 2 Cirebon dengan
demikian sekolah kita menjadi SMP Negeri 1 Cirebon.
Tahun 1994 pemerintah memprogramkan wajib belajar 9 tahun,
dengan demikian nama SMP perlu disesuaikan. Melaiui SK Mendikbud No. 034/0 : 97
tanggal 7 Maret 1997 nama SMP diubah menjadi SLTP.
2. Kepala Sekolah
Dalam kurun waktu 54 tahun ada dua belas Kepala Sekolah yang
menjabat di SMP Negeri 1 Cirebon, yakni :
1. Yuda
Kusuma
(1945 -1946 )
2. A.
Pangabean (1946
-1948)
3. Djuhaeni
(1948 -1950)
4. M.S.
Dasoeki
(1950 -1967)
5. Slamet
Rahardjo (1967
-1976)
6. I. Hadi
Soerojo
(1976 -1985)
7.
Radiyanto
(1985 – 1986)
8. Sulan
Setiawan (1986
-1987)
9. Ratma
Suryana
(1987 -1988)
10. Rd. Suyamin
Ilyas
(1988 – 1997)
11. Sukim
Marabunta
(1997 – 2001)
12. Drs.
Salmon
( 2001 – Feb 2007)
13. Drs. Tata
Kurniasasmita, MM.
( Feb 2007 – Des 2007 )
14. H. Djaja
Kartamihardja S, S. Pd. ( Des 2007 – Des
2008 )
15. Drs. Tusman,
M.Pd
(2009 – Sekarang)
3. Perkembangan Fisik
Perluasan kesempatan belajar bagi rakyat Indonesia setelah
Merdeka cukup pesat. Untuk mendapat gambaran betapa pesatnya perluasan
kesempatan belajar itu kita dapat menyimak pertumbuhan SMP Negeri di Kota
Cirebon.
Tahun 1925
Berdiri sekolah M.U.L.O. Tiga puluh tahun kemudian pemerintah mendirikan sebuah SMP ( SMP Negeri 2 ). Tahun
1960 berdiri SMP Negeri 3. Sampai dengan awal tahun 1980 ada tambahan SMP Negeri 4, 5 dan 6. Pada tahun ajaran 1996/1997
jumlah SMP Negeri ada 18 ( jumlah SMP
Negeri di Kota Cirebon ada 17, karena SMP Negeri 3 Cirebon masuk Kabupaten )
maka SMP yang berurut No. 18 menjadi
SMP Negeri 3. Demikian pula dengan perkembangan fisik SMP Negeri 1 Cirebon,
Tahun demi tahun dituntut prasarana yang memadai.
Th. 1950-1967
Mendapat tambahan lima buah ruang belajar dari Pemerintah ( sekarang
dipakai ruang kelas BPKelas VII F,VIIE, kelas VIIIE dan VIIIF dari POMG/1962 membangun panggung
melengkapi Aula dan WC murid ).
Th. 1967-1976
Mendapat tambahan ruang Lab. IPA dari Pemerintah.
Th. 1976-1985 Dengan dana Pemerintah dibangun ruang
keterampilan dan BP3 membangun 4 buah ruang kelas ( sekarang kelas VIIB. VIIC
). Pembelian tanah seluas 970m2, pagar keliling, lapangan basket, mushola
Mujahidin, ruang mencetak soal ( sekarang Perpustakaan Masjid ) ruang Pramuka
dan kantin.
Th. 1988-1997 Pernerintah menambah ruang perpustakaan
.Dari donatur/BP3 membeli 94 M2 tanah untuk perluasan Mushola / Masjid.
Dengan demikian pada saat ini SMP Negeri 1 Cirebon mampu
menampung siswa sebanyak 21 kelompok belajar. Kelas VII – 7 kelompok belajar,
kelas VIII – 7 kelompok belajar dan kelas IX – 7 kelompok belajar.
Jumlah luas tanah yang dimiliki sesuai dengan sertifikat
tanah No 26 tanggal 26 Juni I995 seluas 5.386 M2 + 970 M2 + 94 M2 = 6. 450 M2.
Keadaan bangunan SMP Negeri I Cirebon sudah sangat parah,
terutama bangunan yang dibuat Th I925-I975,
kayu-kayunya sudah rapuh genteng-gentengnya berjatuhan.
Melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0270/M/I996
bangunan tersebut diatas telah
dinyatakan dihapus dari
daftar inventaris sebagai kekayaan/milik negara. Selanjutnya melalui
Pejabat lelang negara
dengan Risalah Lelang
No.365/1997-1998 Tgl. 23 September 1997 bangunan tersebut telah
dilelangkan untuk kemudian diatas tanah bangunan tersebut akan dibangun
kembali. Hasil pelelangan telah disetor oleh BP3 SMP Negeri 1 Cirebon ke Kantor
Lelang Negara Bandung dengan kwitansi
No. KV/-141/RL 365/1/197-98.
Th.1998 – 1999
Untuk mengatasi kebutuhan
yang sangat mendesak. SLTP Negeri 1
Cirebon mendapat bantuan dari dana OPF untuk tambal sulam atap bangunan
bagian depan ( R. kelas VII F dan seluas
400 m2. Kemudian dari dana DBO mandapat 4 ruang kelas yang dibangun menggantikan R. kelas VII B dan 2
ruang keterampilan , dibangun bertingkat 2 ruang di bawah dan di atas.
Th.2002/2003 Sedang
dibangun lagi, bangunan bertihgkat menggantikan ruang kelas VII E dan ruang
stensil: Ruang bawah untuk kelas VII E dan Ruang BKdan ruang atas untuk kelas
VII F dan Ruang komputer. SLTP Negeri 1 Cirebon mampu menampung siswa sebanyak
19 kelompok belajar. Kelas VII = 7 kelompok belajar, Kelas VIII = 6 kelompok
belajar, Kelas IX = 6 kelompok belajar.
Th.2003/2004
SLTP Negeri 1 Cirebon menampung 20 rombongan belajar. Kelas VII = 7
rombongan belajar, Kelas VIII = 7 rombongan belajar dan kelas IX = 6 rombongan
belajar. Ruang Kelas VII G menempati ruang atas di sebelah Lab. Komputer. Ruang
keterampilan belakang dan sanggar Pramuka dibongkar. Dibangun 2 ruang
bertingkat berkat bantuan dana dari Pemerintah Kota Cirebon. Ruang kelas VII G
dipindahkan dan ruangannya dijadikan ruang Lab. Bahasa.
Bulan Mei 2003
Ruang Keterampilan dan
Sanggar Pramuka dibongkar dibangun bertingkat 2 ruang di bawah dan 2
ruang di atas, bantuan dari Pemda. Ruang bawah untuk kelas VIII.E dan VIII. F.
Ruang atas kelas VIII.G dan cadangan ruang kesenian. Sejak tanggal 1 Januari
2004 terjadi perubahan Nomenklatur dari SLTP Negeri 1 Cirebon berubah menjadi
SMP Negeri 1 Cirebon.
Th.2004/2005
SMP Negeri 1 Cirebon menampung siswa sebanyak 21 rombongan belajar.
Kelas VII = 7 rombongan belajar, Kelas VIII = 7 rombongan belajar, Kelas IX = 7
Th. 2005/2006
Ruang Kantin : dibongkar. Melalui dana bantuan 3 RKB dari Propinsi
. dibangun :
1. Gedung tingkat digabung dengan ruang VIII F. Lantai bawah
digunakan untuk Sanggar Pramuka. Lantai atas sementara masih belum
dimanfaatkan.
2. Ruang Loratorium
IPAdirehab, digabung dengan Ruang Perpustakaan, sehingga luas Ruang
Laboratorium menjadi 14 x 8,7 M. Untuk sementara kantin menggunakan tempat di
sebelah Ruang IX. F.
3. Ruang guru
dibongkar melalui dana BlokGrant dibangun Lab. Bahasa Indonesia.
Th. 2006/2007
Membeli sebidang tanah seluas 120 M2 melalui dana dari Komite Sekolah
dan di bangun Perpustakaan serta Lab. Komputer dengan dana dari LPMP Pusat
Jakarta.
Peran Serta Alumni
Pada th. 1982 diadakan Reuni yang dihadiri tiga orang mantan
Kepala Sekolah, yakni :
A. Panggabean, M.S. Dasoeki dan Slamet Raharjo serta
guru-guru pada zaman Jepang antara lain : Moh. Suhud.
Tahun 1991 ada Reuni lulusan th. 1984 – th. 1992. Ada juga
Reuni lulusan th. 1970. Pada umumnya dari kegiatan Reuni itu selalu ada
sumbangan untuk lebih melengkapi prasarana pendidikan.
Bulan Agustus 2002 lulusan tahun 1950 dalam perjalanan
wisatanya singgah ke SLTP Negeri 1 Cirebon. Mereka menumpahkan rasa rindunya
dan berkeliling melihat-lihat situasi dan kondisi SMP Negeri 1 Cirebon yang
telah mereka tinggalkan selama setengah abad lebih. Mereka juga memberikan
sumbangan untuk mesjid sebesar Rp. 2. 000. 000,00.
Tahun 2003 ada reuni angkatan tahun 1976 yang dilaksanakan
di Gedung PLN. Sebagai bukti kepedulian kepada almamaternya, mereka memberikan
sumbangan SPP untuk siswa tidak mampu, seperangkat sound system, dan kursi
untuk ruang pertemuan.
Tahun 2004 ada reuni angkatan tahun 1984 di aula SMP Negeri
1 Cirebon dan memberikan kenang-kenangan berupa 1 set komputer.
Tahun 2007 ada reuni angkatan tahun 1982 di aula SMP Negeri
1 Cirebon dan memberikan kenang-kenangan 1 buah infocus, 1 nuah laptop, dana
Marching Band Rp. 2.000.000,00 dan beasiswa untuk 6 orang anak.
Mudah-mudahan para alumni, pemerintah maupun masyarakat
terketuk hatinya untuk ikut serta memperkokoh bangunan sekolah tua ini.
Demikian sekilas tentang SMP Negeri 1 Cirebon yang masih
terbuka lebar bagi masuknya data yang otentik untuk melengkapinya.
No comments:
Post a Comment